Minggu, 14 Agustus 2011

LIMBAH INDUSTRI perjalanan 4

MERDEKA.COM
Limbah Cemari 7 Sungai di Cirebon
Kamis, 22 April 2010 - 17:39 | Kategori: Pernik

Merdeka.com - Tujuh sungai yang diteliti Dinas Lingkungan Hidup di Kabupaten Cirebon terbukti sudah tercemar limbah industri dan domestik, sehingga hanya layak dimanfaatkan oleh industri, kata pejabat Dinas Lingkungan Hidup setempat.

"Di Kabupaten Cirebon terdapat 18 sungai, tujuh di antaranya sudah diteliti dan baku mutunya sudah masuk golongan empat," ujar Kabid Pemulihan Kerusakan Lingkungan itu, Iwan Rizki, kepada wartawan di Sumber,Kamis.

Ia menggolongkan air sungai menjadi empat, yakni golongan satu air bisa langsung diminum, golongan dua bahan baku air minum, golongan tiga untuk keperluan pertanian dan perikanan dan golongan empat untuk industri.

Menurut dia, pencemaran sungai di daerahnya antara lain dari industri rumahan, rumah potong hewan, industri rotan, perajin batik, rumah sakit dan peternakan.

Dia mengatakan, dari tujuh sungai itu, tiga di antaranya sedang ditangani secara intensif dengan berbagai program, yakni Sungai Cipagar, Sungai Jamblang dan Sungai Cimanis.

Salah satu programnya mengubah perilaku masyarakat agar tidak membuang sampah dan buang hajat di sungai.

Program tersebut memberi pemahaman kepada tokoh masyarakat arti penting sungai. Kemudian tokoh masyarakat itulah yang melanjutkan penjelasan ke masyarakatnya.

Program tersebut diproyeksikan untuk lima tahun dan kini sudah memasuki tahun kelima. "Tahun 2011 nanti akan dievaluasi kualitas air yang sudah tercemar, apakah ada perbaikan atau belum," katanya.

"Kita berupaya agar sungai tersebut sedapat mungkin bisa masuk golongan tiga, yakni bisa untuk pertanian dan perikanan," katanya.

Selain itu, pihaknya menggalakkan forum pencinta sungai. Melalui forum ini, masyarakat di sepanjang sungai diajak untuk menciptakan lingkungan yang bersih.

Ia mencontohkan, kali Code yang ada di tengah kota Yogyakarta bisa bersih kendati berada di lingkungan padat penduduk. Begitu juga dengan Kalimas Surabaya sudah bisa menjadi wisata sungai. (ant/boo)
Berita Lainnya:

Kelana Kota

22 April 2010, 11:23:58| Laporan Iping Supingah
Tujuh Sungai di Cirebon Tercemar Limbah

suarasurabaya.net| Tujuh sungai yang diteliti Dinas Lingkungan Hidup di Kabupaten Cirebon terbukti sudah tercemar limbah industri dan domestik, sehingga hanya layak dimanfaatkan oleh industri, kata pejabat Dinas Lingkungan Hidup setempat.

"Di Kabupaten Cirebon terdapat 18 sungai, tujuh di antaranya sudah diteliti dan baku mutunya sudah masuk golongan empat," ujar IWAN RIZKI Kabid Pemulihan Kerusakan Lingkungan itu, Kamis (22/04) seperti dilansir Antara/i>.

Ia menggolongkan air sungai menjadi empat, yakni golongan satu air bisa langsung diminum, gologan dua bahan baku air minum, golongan tiga untuk keperluan pertanian dan perikanan dan golongan empat untuk industri.

Menurut dia, pencemaran sungai di daerahnya antara lain dari industri rumahan, rumah potong hewan, industri rotan, perajin batik, rumah sakit dan peternakan.

Dia mengatakan, dari tujuh sungai itu, tiga di antaranya sedang ditangai secara intensif dengan berbagai program, yakni Sungai Cipagar, Sungai Jamblang dan Sungai Cimanis. Salah satu programnya mengubah prilaku masyarakat agar tidak membuang sampah dan buang hajat di sungai.

Program tersebut memberi pemahaman kepada tokoh masyarakat arti penting sungai. Kemudian tokoh masyarakat itulah yang melanjutkan penjelasan ke masyarakatnya.

Program tersebut diproyeksikan untuk lima tahun dan kini sudah memasuki tahun kelima. "Tahun 2011 nanti akan dievaluasi kualitas air yang sudah tercemar, apakah ada perbaikan atau belum," katanya.

"Kita berupaya agar sungai tersebut sedapat mungkin bisa masuk golongan tiga, yakni bisa untuk pertanian dan perikanan," katanya.

Selain itu, pihaknya menggalakkan forum pencinta sungai. Melalui forum ini, masyarakat di sepanjang sungai diajak untuk menciptakan lingkungan yang bersih.

Ia mencontohkan, kali Code yang ada di tengah kota Yogyakarta bisa bersih kendati berada di lingkungan padat penduduk. Begitu juga dengan Kalimas Surabaya sudah bisa menjadi wisata sungai.(ant/ipg)

Bahaya Limbah Cair Pertambangan Batubara
By stanleywush

Oleh Suhartono Ketua Umum Yayasan Lestari

Dampak negative dari aktifitas pertambangan batu bara bukan hanya menyebabkan terjadi kerusakan lingkungan. Melainkan, ada bahaya lain yang saat ini diduga sering disembunyikan parapengeoloa pertambangan batu bara di Indonesia. Kerusakan permanent akibat terbukanya lahan, kehilangan beragama jenis tanaman, dan sejumlah kerusakan lingkungan lain ternyata hanya bagian dari dampak negative yang terlihat mata.

PERTAMBANGAN batubara ternyata menyimpan bahaya lingkungan yang berbahaya bagi manusia. Bahaya lain dari pertambangan batu bara adlaah air buangan tambang berupa luput dan tanah hasil pencucian yang diakibatkan dari proses pencucian batubara yang lebih popular disebut Sludge

Saat ini banyak analis pertambangn yang tidak mamu mengekspose secara detail tentang bahaya air cucuian batubara. Limbah cucian batu bara yang ditampung dalam bak penampung sangat berbahaya karena mengandung logam-logam beracun yang jauh lebih berbahaya disbanding proses pemurnian pertambangan emas yang mengunakan sianida (CN).

Proses pencucian dilakukan untuk menjadi batubara lebih bersih dan murni sehingga memiliki nilai jual tinggi. Proses ini dilakukan karena pada saat dilakukan eksploitasi biasanya batubara bercampur tanah dan batuan.

Agar lbih mudah dan muerah, dibuatlah bak penampung untuk pencucian. Kolam penampung itu berisi air cucian yang bercampur lupur. LSM lingkungan JATAM menyebutnya dana beracun yang berisi miliaran gallon limbah cair batubara

Sluge mengandung bahan kimia karsinogenik yang digunakan dalam pemrosessan batubara yang logam berat berancun yang terkandung di batubara seperti arsenic, merkuri, kromium, boron, selenium dan nikel.

Dibandingkan tailing dari limbah luput pertambangan emas, unsure berancun dari logam berat yang ada limbah pertambangan batubara jauh lebih berbahaya. Sayangnya sampai sekarang tidak ada publikasi atau informasi dari perusahan pertambangan terhadap bahaya sluge kepada masyarakat di sekitar pertambangan.

Unsure beranu menyebabkan penyakit kulit, gangguan pencernaan, paru dan penyakit kanker otak. Air sungai tempat buangan limbah digunakan masyarkat secara terus menerus. Gejala penyakit itu biasa akan tampka setelah bahan beracun terakumulasi dalam tubuh manusia.



Beberapa perusahaan tambang di Kalimantan Timur ditengarai tridak melakukan pengelolaan water treatmen terhadap limbah buangan tambang dan juga tanpa penggunaan bahan penjernih Aluminum Clorida, Tawar dan kapur. Akibatnya limbang buann tambang menyebabkan sungai sarana pembuagan limbah cair berwarna keruh.

Alangkah bijaknya jika perusahaan pertambangan batubara tetap memperhatikankualitas limbah tambangnyha dengan membuat water treatment dan pengunaan bahan penjernih air hingga limbah buangan aman bagi masyarakat dan lingkungan.

Limbah Batik

Dibalik semua keindahan Batik Pekalongan yang penuh variasi warna, tersimpan satu masalah yang cukup membahayakan bagi lingkungan, yaitu limbah. Karena hampir semua produsen batik di Pekalongan masih memakai cara tradisional dalam pembuatan batik, maka rata-rata mereka jarang sekali ada yang memperhatikan limbah buangan sisa pencelupan dan ddapat mencemari lingkungan, karena kebanyakan hanya dibuang ke saluran air yang akhirnya bermuara di sungai. Lihatlah saluran air yang berwarna merah ini.

limbah batik

Perlu dipikirkan bagaimana cara menangani limbah yang ekonomis dan praktis sehingga tidak menjadikan masalah unuk sosialisasinya. Adalah tugas kita bersama pemerintah untuk ikut memperhatikan kondisi LINGKUNGAN...........

BAHAN PEMIKIRAN BERSAMA

Rabu, 10 Agustus 2011

PERFORMANCE MERAH PUTIH Art perjalanan.3 (sumpah-sampah)















PERFORMANCE-MERAH PUTIH Art bersama The Jack Stafford Foundation
lokasi:SINAU-CIMD CIREBON


SUMPAH SAMPAH dalam kanvas MERAH PUTIH Art

berita sampah: CIREBON, KOMPAS.com - Sejumlah warga Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon memblokir jalan menuju TPA Kopi Luhur, yang dilalui truk sampah-truk sampah milik Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon. Warga protes dilakukan warga sebagai buntut ketidakjelasan pengelolaan pabrik kompos di TPA tersebut. Pemblokiran jalan dilakukan Senin (22/3/2010) pagi, sekitar satu jam, mulai pukul 08.00.

Akibatnya, delapan truk sampah tak bisa masuk keTPA Kopi Luhur, dan terpaksa diparkir 1,5 kilometer dari TPA. Para sopir hanya menunggu untuk dapat masuk dan menurunkan sampah. Menurut Ayi (30), perwakilan warga kampung, warga sengaja menutup jalan agar sampah tidak masuk ke TPA dan pabrik kompos tidak beroperasi. Sebab, dalam satu pabrik itu ada dua perusahaan yang mengolah sampah pasar menjadi pupuk organik, yaitu PT Khatulistiwa Putera Mandiri (KPM) dan PT SAI.

Perselisihan antarperusahaan itu berimbas pada konflik antarburuh yang bekerja karena mereka berebut pekerjaan. "Jika ini dibiarkan, ada kemungkinan sesama warga yang kerja di dua perusahaan itu bentrok. Kami tidak ingin hal itu terjadi. Jadi kami ingin pabrik kompos itu ditutup dulu, tidak ada satu pun perusahaan yang beroperasi," kata Ayi.

Tuntutan warga langsung diterima oleh Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Cirebon Eddy Krisnowanto. Menurutnya, untuk menutup pabrik tidak bisa serta merta dilakukan oleh Pemkot Cirebon. Hal ini harus diputuskan secara hukum, karena antara kedua pabrik terjadi sengketa usaha.

Keputusan untuk menutup pabrik tersebut, tambah Eddy, harus mendapat persetujuan dari Walikota Cirebon. "Kami upayakan putusan tentang sengketa usaha kedua perusahaan itu sudah ada jawabannya besok, atau paling lambat akhir minggu. Kami sedang memprosesnya," ujar Eddy.

Masalah sengketa dua perusahaan dalam satu pabrik pembuatan kompos ini berbuntut panjang karena ada 250 warga Argasunya yang bekerja di pabrik itu. Selama tiga bulan, sebagian pekerja menganggur karena salah satu perusahaan tidak berproduksi.

Eddy menjelaskan, warga akhirnya sepakat membuka jalan yang telah diblokir. Alasannya, sampah di Kota Cirebon, seperti di pasar tradisional akan menumpuk karena tidak terangkut selama truk tidak diizinkan membuang sampah di TPA Kopi Luhur.



nah.....loe....
sampah mu....
sampah ku...
sampah kita..

APAKAH kita SAMPAH JUGA...hahaha...
JELAS aku, kamu, kami bukan SAMPAH..
karena kita masih WARAS,

mau bersama bersihkan sampah...
dibumi tercinta ini,
mari bersama mengatasinya..
mengolahnya agar bisa bermanfaat
bagi kehidupan bersama..ok..
sebelum kita dikubur oleh,karena, sampah..

SUMPAH-SAMPAH JADI MASALAH..

JANGAN BIARKAN BUMI MENANGIS
judul lukisan pada perjalanan,3

salam MERAH PUTIH..

Minggu, 07 Agustus 2011

PERFORMANCE Art dan MELUKIS SATU KANVAS 5 PERUPA

MELUKIS DENGAN GENTENG JATIWANGI

MERAH PUTIH Art PERJALANAN KEDUA

dalam performance art dan melukis bersama pada satu kanvas yg digarap 5 perupa ini
YANG MENARIK DAN UNIK bukan pada hasil karya-nya saja, tapi lebih dari pada itu adalah PROSES MENJADI-nya KARYA..

PROSES MENJADI ITU... bukankah masing-masing seniman adalah pribadi dengan ego yang
besar, Bagai mana jika ego yang besar bertemu dengan ego yang besar pula, lalu bagai
mana bisa menghasilkan SESUATU"...
Tentu saja terjadi tawar menawar, saling menyesuaikan, mengisi dan memberi, meluruskan pandang dalam penggalian Ide dan akhirnya mereka sepakat,

TERBAYANG DALAM MODEL INI,
Proses berkesenian adalah saling MEMANUSIAKAN, saling menghargai,saling berbagi,
hingga saling mengeksplorasi dengan kecakapan penguasaan Teknik seni dan media
hingga menghasilkan karya seni yang layak diperhitungkan, terlebih lagi dengan
alat lukis yang tak lazim yaitu dngan genteng tanah liat jatiwangi,

MERAH PUTIH ART 5 PADA:
konser Catatan Perjalanan #3 Rizal Abdulhadi 'episode: Diladang Sendiri..'
27 Juli 2011 @Minimax Stage - Jatiwangi Art factory















PERUPA: SUKARYA- WONG ARTHA- TOTONG- Aa BINNASER- AGUNG

TERIMAKASIH: JAF (Jatiwangi Art factory)
Arief yudi rahman
Ginggi syar hasyim
Rizal Abdulhadi,Cs
kluarga besar kmp: jatisura